halo semua..
akhinya saya balik lagi ke blog..
karena bingung mau menceritakan dan mengungkapkan yang ada di benak.
So....
Sejak awal tahun 2021, saya baru menyadari kalau anak saya sudah mau 2 tahun (karena lahirnya bulan April), tapi komunikasinya masih sangat sedikit, bahkan sempat beberapa kali jika dipanggil namanya tidak menengok atau terlalu cuek dengan sekitarnya. Di sekitar kita sering menyebutnya keterlambatan bicara.
Dari sana saya merasa sudah harus bawa anak saya ke dokter tumbuh kembang anak. Saya dan suami langsung cari klinik tumbuh kembang di Bekasi. Awalnya kami mau bayar umum mandiri saja tapi setelah tahu bisa dicover BPJS, kami memutuskan ke faskes 1, konsul dan diberikan rujukan ke Rumah Sakit dengan dokter tumbuh kembang. Setelah dicek dokter dan discreening seperti menunjukkan tanda autisme ringan tapi dokter bilang kontak mata Faidhan masih baik hanya saja ada gangguan fokus makanya susah merespons saat dipanggil juga kesulitan berkomunikasi. Jadi harus diterapi. Setelah diapprove oleh dokter rehabilitasi RS terkait, Faidhan masuk Terapi Okupasi tepatnya Sensori Integrasi. Setelah 2 bulan cukup banyak perubahannya, seperti menengok saat dipanggil, diajak bicara juga mau memasang atensi, tapi tetap untuk komunikasi masih sulit dan masih sering menangis saat di ruangan terapi.
Saya dan suami pun berinisiatif untuk ke dokter lain yang pernah disarankan klinik terapi lain di awal saat saya mencari klinik yang pas. Dokter kedua langsung mendiagnosis anak saya autisme ringan. Bagaimana saya tidak terpukul, jika ternyata anak saya harusnya perlu perhatian ekstra untuk tumbuh kembangnya.
Saya tidak ingin lama-lama denial. Saya juga tidak meragukan dokter manapun yang beda pendapatnya. Toh, sejak awal screening dengan dokter pertama juga sudah dikatakan ada tanda autisme tapi masih harus diobservasi sampai anak usia 2-3 tahun, karena bisa jadi baru kelihatan.
Dan terapi yang diberikan juga biasanya akan sama. Karena saya pernah berdiskusi dengan teman saya yang pernah dapat diagnosis berbeda-beda dari dokternya.
Untuk tindakan lanjutan saya mencari informasi lebih lanjut terkait ASD ringan ini. Yang belum didapatkan anak saya dari terapi di awal yaitu Behavior Theraphy, akhirnya saya dan suami lagi-lagi mencari Klinik Terapi yang menyediakan terapi yang kami butuhkan yaitu Behavior Theraphy. Ternyata tetap harus observasi ulang dari awal dan saya ceritakan semuanya. Yang mengobservasi pun tidak menyebutkan anak saya Autisme atau tidak, tapi ternyata terapi yang diberikan serta list diet untuk anak saya mengarah ke arah Autism Spectrum Disorder. Kami diberi Behavior Theraphy dan Sensori Integrasi. Serta, diberikan list pantangan makanan untuk anak saya juga diberi syarat untuk stop penggunaan gadget.
Kami juga melakukan tes alergi makanan pada Faidhan, harganya cukup menguras kantong hahaha tapi gapapa. Dan ternyata, dari list makanan yang cukup reaktif banyak yang sama dengan klinik terapinya berikan.
Untuk update perkembangan, terapi di klinik Rumah Sakit pertama kali Faidhan sudah lulus Sensori Integrasi dan lanjut ke Terapi Wicara.
Untuk klinik satunya, baru menjalani 2 bulan tapi Faidhan harus stop dulu karena sedang mengunjungi nenek kakeknya di kampung halaman hehe.
Tapi kemajuannya pesat sekali, sudahga takut ketemu orang baru, ga nangis lagi saat di ruangan, bisa diberi instruksi, kosakatanya juga banyak bertambah. Tapi kami sebagai orangtua sadar bahwa pembelajaran untuk Faidhan masih panjang dan kami ingin memberikan yang lebih baik lagi.
Well, saya menerima, saya bersyukur atas anugerah yang Allah berikan kepada saya ini. Tak bisa dipungkiri hari saya cukup berat, apalagi sering tantrumnya Faidhan dan beberapa perilakunya yang menurut saya masih repetitif sebagai salah satu ciri ASD. Saya sebagai Ibu akan selalu berusaha mendampingi anak supaya dapat penanganan terbaik.
Nah, moms and dads jika perjalanan kita sama. Ingatlah, kamu tidak sendiri 😊
Berjuang dan bersemangat demi kehidupan anak lebih baik.
Comments
Post a Comment