Bismillah..
Lanjut sharing yuk yuk
Berawal dari postingan sebelumnya yang stuck sampe bulan Juni 😄
Karena kelanjutan terapinya yang amazing malah lanjut dimana.. 😂
Jadi sekitar bulan Januari 2021, sudah mulai aneh dan curiga banyak red flag di idhan terkait tumbuh kembangnya.
Kalo dipanggil gamau nengok, tapi kalo setel lagu dia nyari sumber suaranya. Berarti, tidak bermasalah di pendengarannya, nah asumsi saya pada saat itu,faidhan ini belum ngeh kalo namanya faidhan gitu.. Ngomong pun masih sedikit banget cenderung pendiem bahkan ada yg bilang kok cuek bgt anaknya (hiks 😭).
Untuk kontrol emosi juga ga baik dan tidurnya terlalu malam.
Padahal kalo flashback idhan beberapa kali sempet ngucapin 'ayah', 'kakak', 'iyaaa?'
Singkat cerita kita di Februari 2021,mau screening tumbuh kembang idhan, saya inisiatif suruh ayahnya tanya2 ke salah satu klinik tumbuh kembang yg ada di Rumah Sakit di Bekasi ternyata bisa pakai BPJS, yang menyarankan juga dari klinik sana.
Besoknya kita langsung ke faskes 1 dan langsung dapet rujukan, tapi ternyata ga bisa ke Rumah Sakit yang kasih saran tersebut tapi bisa ke Rumah Sakit satunya yang lebih deket dari faskes. Gak masalah dan langsung nyusun jadwal, cuma rasanya ketar ketir masih pandemi ngajak anak ke klinik di Rumah Sakit hehe.
Tapi demi tumbuh kembangnya cepet tertangani kita langsung assesment ke dokter anak tumbuh kembangnya.
Ada beberapa form yang diisi, mungkin untuk dibawa pas screening sama dokter.
Intinya, mulai dari kehamilan, baru lahir berat berapa, cukup bulan gak, pernah demam tinggi gak, pernah jatuh gak semuanya sedikit banyak ngaruh ya ke tumbuh kembang anak.
Faidhan saat itu nempelnya sama bunda aja, bahkan ke ayahnya pun gamau lama2. Jadi diberi saran untuk ayah sering main sama idhan, bisa juga tanya anak mau apa ke 'kamusnya' yaitu Ibunya (saya merasa penyebab faidhan language delay ini salah satunya termasuk karena cuma bundanya yg ngerti maksud kemauan idhan dibanding yg lain di rumah, next kesempatan kita bahas lebih detail kemungkinan penyebab idhan language delay)
Faidhan sempet screening autisme atau gak di daftar pertanyaan. Sebenernya sudah ada gejala dini dari hasil pertanyaannya, tapi karena kontak matanya masih sangat bagus kata dokter belum ada menjurus ke autisme. Dokter bilang, masih harus observasi lagi satu tahun ke depan. Faidhan ini agak terganggu sama fokusnya aja dan masih males ngomong maka dari itu disarankan untuk terapi.
Yang memutuskan terapi ada di poliklinik lain yaitu dengan dokter rehabilitasi medik, disana pun faidhan masih diperiksa perkembangannya.
Akhirnya Faidhan mulai Sensori Integrasi di Klinik Tumbuh Kembang, dimana hari-hari terapi itu dipenuhi dengan tangisan karena idhan belum terbiasa ga liat bundanya karena pisah ruangan.
Di rumah pun, sering tantrum dampe banting badan, ga mau mandi, ga mau lepas sandal.
Di pertemuan ke lima, baru fokus terapi karena suka main sensory play dan ga nangis di akhir.
Perubahannya terlihat, tapi ga signifikan karena mungkin jadwalnya belum teratur tapi tetep melanjutkan terapi sambil terus evaluasi bulanan dengan dokter untuk setelahnya baru ke Terapi Wicara.
Terapisnya selalu kasih laporan tertulis di buku setiap pulang terapi dan disarankan diet gula untuk kontrol energinya.
Dari sini aku ambil kesimpulan kalo Faidhan ini ya Language Delay.
Laluuuu...sekitar bulan April 2021,karena ayahnya terus-terusan kepikiran apa karena ada sakit lain di dalamnya atau gak akhirnya pengen memeriksakan Faidhan ke salah satu dokter yang menjelaskan tersebut tapi karena jauh lokasinya kita cari kliniknya di cabang terdekat yaitu di Bekasi. Untuk pemeriksaan dengan dokter lain ini, ga pake BPJS tapi biaya pribadi. Demi anak, rela ga jajan dulu rela ga beli macem2 dulu wkwk
Ternyata mereka menyarankan untuk screening dulu ke dokter "B". Memang, pada saat itu kelihatannya idhan terlalu suka main mobil-mobilan, perkembangannya pun dari terapi yang masih dijalanin belum terlalu banyak karena adaptasinya terlalu lama sampai 2 bulan. Jadi saat itu dokter langsung ambil kesimpulan Autisme Ringan. Deg, bener-bener sedih yang saya rasain saat itu. Memang sebelumnya dokter "A" sudah menyarankan untuk observasi 1 tahun ke depan tapi tetep sedih rasanya kalo ternyata beneran. Cuma ga mau denial dan life must go on. Kalo ternyata memang ASD ringan, pengen cari Klinik yg ada Behavior Theraphy. Dokter menyarankan ke klinik yg tadi, tapi karena terlalu mahal untuk kami akhirnya cari klinik lain yg lebih pas untuk kantong ayah bunda idhan hehe.
Sampe di klinik ini sebut saja klinik kedua, assesmen lagi dan bikin perjanjian untuk diet menu yang diberikan diantaranya tepung, gula, susu dan beberapa buah yang belum boleh dikonsumsi faidhan. Satu lagi, stop screen time penuh. Akhirnya selama 2 bulan saya usaha untuk idhan makan yang diperbolehkan aja dan full stop screentime.
Hasilnya, baik untuk kontrol tantrumnya dan tidur malamnya bener-bener teratur.
Kami juga sempet cek alergi dan bener aja dari list makanan yang tidak diperbolehkan klinik ada di list alerginya, lebih tepatnya reaksi terhadap makanan yang idhan konsumsi.
Untuk perkembangannya, idhan udah ga nangis malah excited ketemu terapisnya, ada beberapa kata yang bertambah juga bener-bener bersyukur, tapi sayangnya untuk laporan per selesai sesi terapi saya dan ayahnya kurang puas dengan evaluasi yang diberikan.
Karena pas kebetulan mau pulang kampung ke Sumsel (setelah lebaran), kita stop untuk terapi di klinik kedua sama sekali ga ada pembayaran untuk bulan berikutnya. Sedangkan terapi di klinik pertama, di minggu yang bersamaan idhan sudah terapi wicara. Tapi distop juga karena harus mudik dulu.
NAH, di Juni 2021 saya dan ayahnya memutuskan untuk idhan terapi di salah satu klinik di Prabumulih (kampung halaman saya). Yang tadinya mau mudik sebulan aja, malah terus sampe sekarang. Karena apa? Karena ternyata idhan betah dan perkembangannya pesat sekali, dari yang masih banyak diem malah banyak bicara sekarang, bahkan selama sesi terapi bundanya cuma anter, ditinggal lalu dijemput.
Per 3 bulan ada evaluasi dengan terapisnya bener-bener dibahas, setiap hari pun ada laporan berupa video dan kadang ada tugas untuk orangtuanya harus ngapain aja untuk perkembangan si anak.
Untuk ASD yang selama ini diobservasi, dari hasil diskusi Faidhan ga ada tanda-tandanya, ADHD pun engga tapi memang agak aktif dan bener-bener banyaj yang harus diperbaiki dari tumbuh kembangnya.
Saya pun sempat screening online dengan salah satu klinik di Jakarta. Faidhan butuh stimulasi lebih untuk memperbaiki tumbuh kembangnya di Piramida Tumbuh Kembang Anak. Ini bisa dilakukan sendiri di rumah dengan macam-macam aktivitas.
Saya ambil kesimpulan, di setiap klinik itu beda-beda ada yg cocok dan tidak dengan anak, ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Total dokter yang pernah saya datangi ada 2, awalnya memang dicurigai ASD, dengan dua pendapat berbeda dari dua dokter berbeda.
Tapi ternyata setelah observasi ga sampai 1 tahun sudah tidak ada tanda-tandanya Faidhan Autisme ringannya. Ternyata bukan ASD, tapi language delay dan agak sulit kontrol energi.
Total klinik terapi tumbuh kembang ada 4, kurang lebih sama sarannya. Diantaranya kasih saran untuk diet dan stop screentime.
Untuk makanan idhan sudah boleh makan beberapa yang dulu ga diperbolehkan karena ternyata bukan ASD, untuk screentime sudah dikasih tapi tetap dibatasi.
Terus yaaa lanjutkan stimulasi saat terapi dan juga di rumah dikasih kegiatan yang menstimulasi sensorik motoriknya.
ALHAMDULILLAH
Saya bersyukur kondisinya idhan sudah membaik walaupun masih jalanin terapi sudah hampir 1 tahun, juga berharap semua anak sehat dan punya tumbuh kembang yang baik.
Sampai jumpa di postingan berikutnya.
Comments
Post a Comment